.......

Minggu, 26 Februari 2012

SKK Penyuluh Gizi

By atsafbk@yahoo.com

Gangguan gizi menggambarkan suatu keadaan akibat ketidak seimbangan antara zat gizi yang masuk ke dalam tubuh dengan kebutuhan tubuh akan zat gizi tersebut.
Gizi buruk menggambarkan suatu keadaan pathologis yang terjadi akibat tidak terpenuhinya kebutuhan tubuh akan berbagai zat gizi dalam jangka waktu yang relatif lama.
Penyakit gangguan gizi yang masih sering ditemukan di negara kita dan merupakan masalah gizi utama adalah :
a) gangguan gizi akibat kekurangan kalori dan protein (KKP)
b) gangguan gizi akibat kekurangan vitamin A (Xerophtalmia)
c) gangguan gizi akibat kekurangan zat besi (Anemia gizi)
d) gangguan gizi akibat kekurangan zat yodium (Gondok endemik)
a) Gangguan gizi akibat kekurangan kalori dan protein (KKP)
- Ada dua bentuk KKP berat yaitu marasmus dan kwashiorkor.
Baik marasmus maupun kwashiorkor keduanya disebabkan oleh kekurangan protein. Akan tetapi, pada marasmus disamping kekurangan protein juga juga terjadi kekurangan kalori sedangkan pada kwashioner yang kekurangan adalah hanya protein sedangkan kalori cukup. Marasmus dapat terjadi pada usia yang sangat muda aitu pada bulan pertama setelah lahir, sedangkan kwashiorkor umumnya ditemukan pada usia di atas 6 bulan sampai 4 tahun.
- Ada empat tanda klinis utama yang selalu ditemukan pada penderita kwasiorkor yaitu sebagai berikut :
a) Adanya oedeem (abuh) yaitu kaki, tumit dan bagian tubuh lain seperti bengkak karena ada cairan tertumpuk.
b) Gangguan pertumbuhan tubuh. Berat dan panjang badan anak tidak dapat mencapai berat dan panjang yang semestinya sesuai dengan umurnya.
c) Perubahan kejiwaan, yaitu anak kelihatan melemas, cengeng, lemah, dan tidak ada nafsu makan
d) Otot tubuh terlihat lemah dan tidak berkembang dengan baik sungguhpun masih tampak adanya lapisan lemak di bawah kulit.
Tanda-tanda lain disamping empat tanda utama tersbeut adalah warna rambut berubah akibat hilangnya pigmen pada rambut, anak menderita anemia gizi dan tinja anak biasanya encer.
- Benda klinis utama pada marasmus gizi ini adalah sebagai berikut :
a) Anak tampak sangat kurus dan kemunduran pertumbuhan otot tampak jelas sekali, apabila anak dipegang pada ketiaknya dan diangkat. Berat badan anak kurang dari 60% dari berat badan seharusnya menurut umur.
b) Wajah anak tampak seperti muka orang tua. Jadi berlawanan dengan tanda yang tampak pada kwashiorkor, pada penderita marasmus muka anak tampak keriput dan cekung sebagaimana layaknya wajah seorang yang telah berusia agak lanjut. Oleh karena tubuh anak sangat kurus, maka kepala anak seolah-olah terlalu besar jika dibandingkan dengan tubuhnya.
c) Biasanya pada penderita marasmus ditemukan juga tanda-tanda defisiensi gizi yang lain seperti kekurangan vitamin C, vitamin A, dan zat besi. Sering juga anak menderita diare dan ini membuat anak mengalami dehidrasi (kehabisan cairan tubuh).
Penyebab utama dari KKP adalah tidak sesuainya zat gizi yang diperoleh dari makanan dengan kebutuhan tubuh. Akan tetapi bisanya kejadian KKP bukanlah akibat satu sebab saja, melainkan juga ada penyebab-penyebab lain yang mendorong terjadinya KKP. Adanya berbagai penyakit infeksi pada anak seperti campak, diare yang hebat akan mendorong anak menjadi KKP.
Oleh karena itu langkah-langkah untuk mencegah terjadinya KKP pada anak usia Balita (bawah lima tahun) merupakan gabungan dari beberapa tindakan pencegahan, seperti berikut ini :
a) Pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara baik dan tepat disertai pengawasan berat badan bayi secara teratur dan terus menerus.
b) Menghindari pemberian makanan buatan kepada anak untuk mengganti ASI sepanjang ibu masih mampu menghasilkan ASI, terutama pada usia di bawah 4 bulan.
c) Dimulainya pemberian makanan tambahan mengandung berbagai zat gizi (kalori, protein, vitamin dan mineral) secara lengkap sesuai dengan kebutuhan, guna menambah ASI mulai bayi mencapai 5 bulan.
d) Pemberian kekebalan melalui imunisasi guna melindungi anak dari kemungkinan menderita penyakit infeksi tertentu seperti tuberkulosa, difteri, polio, tetanus, batu krejan, campak dan sebagainya.
e) Melindungi anak dari kemungkinan menderita diare (muntaber) dan kekurangan cairan (dehidrasi) dengan jalan memelihara kebersihan, menggunakan air masak untuk minum dan mencuci alat pembuat susu dan makanan bayi dan penyediaan oralit.
f) Mengatur jarak kehamilan ibu agar ibu cukup waktu untuk merawat dan mengatur makanan bayinya terutama pemberian ASI, yang apabila ibu mulai hamil produksi ASI akan terhenti.
b) Gangguan gizi akibat kekurangan vitamin A
Tanda awal dari kekurangan vitamin A adalah turunnya kemampuan untuk dapat melihat dalam cahaya samar. Penderita kekurangan vitamin A sama sekali tidak dapat melihat apabila memasuki ruangan yang agak gelap secara tiba-tiba. Karena umumnya penderita tidak dapat melihat dengan baik pada waktu senja maka penyakit itu disebut Rabun senja. Penyakit ini umumnya diderita oleh anak-anak. Apabila di waktu senja anak sering menabrak meja atau benda lain jika berjalan, maka orang tuanya haruslah sudah waspada terhadap tanda awal dari kekurangan vitamin A itu.
Terjadinya kekurangan vitamin A adalah akibat berbagai sebab seperti tersebut di bawah ini :
a) Tidak adanya cadangan vitamin A dalam tubuh anak sewaktu lahir karena merasa dalam kandungan, ibunya menderita kekurangan vitamin A atau tidak memakan bahan makanan yang banyak mengandung vitamin A dalam jumlah yang sesuai.
b) Kadar vitamin A yang rendah dalam ASI, oleh karena itu tidak cukup makan makanan yang banyak mengandung vitamin A semasa menyusui anaknya.
c) Anak diberi makanan pengganti ASI yang kadar vitamin A nya sangat rendah. Anak yang diberi susu skim (susu tidak berlemak) atau susu kental manis, akan menderita kekurangan vitamin A karena dalam kedua jenis susu itu kadar vitamin A rendah sekali.
d) Anak-anak yang tidak menyenangi bahan makanan sumber vitamin A terutama sayur-mayur, akan menderita kekurangan vitamin A
e) Gangguan penyerapan vitamin A oleh dinding usus oleh karena berbagai sebab, seperti rendahnya konsumsi lemak atau minyak.
Kelompok usia tertentu yang sering menderita kekurangan vitamin A adalah sebagai tersebut di bawah ini :
a) Bayi yang berusia kurang dari 6 bulan, yang lahir dari ibu yang menderita kekurangan vitamin A sehingga dalam tubuhnya tidak terdapat cadangan vitamin A.
b) Anak yang berusia di atas satu tahun yang menderita kwasiorkor biasanya juga menderita kekurangan vitamin A
c) Anak-anak yang berusia lebih tua yaitu sampai usia 5 tahun.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan jika memberikan vitamin A dalam dosis tinggi kepada anak-anak yaitu sebagai berikut :
a) Jangan memberikan vitamin A dosis tinggi kepada anak-anak dalam jangka waktu atau jarak waktu dari 6 bulan. Pemberian vitamin A dosis tinggi dengan jarak waktu kurang dari 6 bulan dapat mengakibatkan anak keracunan vitamin A.
b) Anak yang sedang menderita demam atau mencret atau anak yang sedang menderita penyakit campak hendaknya tidak diberi vitamin A.
c) Gangguan gizi akibat kekurangan zat besi (anemia gizi)
Anemia gizi ada dua macam yaitu sebagai berikut :
a) Anemia hipokromik mikrositik, yaitu anemia yang disebabkan oleh kekurangan zat besi.
b) Anemia megaloblastik, yaitu anemia yang disebabkan oleh kekurangan asam folat dan vitamin B12.
Anemia gizi dapat terjadi akibat rendahnya kadar zat besi dalam makanan. Tetapi dapat juga terjadi akibat pendarahan yang banyak atau akibat peyakit kronis seperti malaria. Bayi yang lahir sebelum waktunya (prematur) akan dapat menderita anemia karena cadangan zat besi dalam tubuhnya sewaktu lahir sangat sedikit.
Pada anemia megaloblastik, pembentukan sel darah merah dalam sumsum tulang terganggu akibat kurangnya vitamin B12 dan asam folat.
Zat besi terutama banyak sekali terdapat dalam sayur-mayur. Demikian juga asam folat, sedangkan vitamin B12 hanya terdapat dalam bahan makanan berasal dari hewan.
Pencegahan anemia akibat kekurangan zat besi dapat dilakukan dengan jalan memberikan zat besi dalam bentuk tablet kepada wanita hamil terutama dalam masa tiga bulan terakhir menjelang anak lahir.
d) Gangguan gizi akibat kekurangan yodium
Kekurangan iodium akan mengakibatkan membesarnya kelenjar gondok. Karena itu, penyakit yang timbul akibat kekuirangan iodium disebut penyakit gondok. Karena penyakit pembesaran kelenjar gondok itu ditemukan di daerah-daerah tertentu untuk jangka waktu yang lama, maka disebut penyakit gondok endemik.
Penyakit gondok endemik ditemukan terutama di daerah-daerah sebagai berikut:
a) Di daerah pegunungan dan di Indonesia di daerah sepanjang bukit barisan yang terbentang mulai dari Propinsi Aceh di bagian utara Pulau Sumatra sampai di daerah Pegunungan Jayawijaya di Irian Jaya.
b) Di daerah yang menggunakan air minum yang berasal dari sumber air di daerah yang tanahnya terdiri dari batu kapur.
Pencegahan penyakit gondok dengan menggunakan suntikan larutan iodium dalam minyak mulai dicobakan di Irian Jaya pada tahun 1955. Setiap orang sesuai dengan umurnya akan mendapat sejumlah tertentu (dosis) larutan 40% iodium dalam minyak. Suntikan dilakukan ke dalam otot.
Suntikan diberikan setiap 5 tahun sekali terutama kepada kelompok umur penduduk antara 0-20 tahun bagi pria dan 0-45 tahun untuk wanita. Penyuntikan lipidol kepada pria atau wanita yang berumur lebih dari 45 tahun kurang baik pengaruhnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar